Internasional -->

Jumat, 26 Februari 2021

BBPP Batangkaluku Jalin Kerjasama Dengan KAPTEN Indonesia Untuk Magang Bagi Petani Muda di Luar Negeri


Foto : Marwah Rasyid Ketua DPW KAPTEN Sulsel (Kiri) dan Kepala BBPP Batangkaluku, Sabir (Kanan)

Gowa (Sulsel), Teropongsulawesi.com, - Dalam rangka penyiapan petani muda calon peserta magang Jepang dan  Specified Skilled Worker (SSW) serta menindaklanjuti penandatangan PKS antara Kapten Indonesia dengan Badan Pengembangan dan Penyuluhan SDM Pertanian (BPPSDMP) Kementerian Pertanian maka Balai Besar Pelatihan Pertanian (BBPP) Batangkaluku melakukan Penandatanganan Perjanjian Kerja Sama (PKS) dengan Dewan Pengurus Wilayah (DPW) Provinsi Sulawesi Selatan, Komunitas Penyedia Tenaga Kerja Internasional (KAPTEN) Indonesia yang memiliki pengalaman berskala internasional. Jumat (26/02/2021).

Menurut Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP) Kementan Dedi Nursyamsi, Kapten dipilih menjadi mitra karena sudah lama malang melintang di dunia penyediaan tenaga kerja bertaraf internasional "Kapten tahu bagaimana mengelola para tenaga magang di luar negeri, apalagi di Jepang," katanya.

Ia menambahkan Indonesia memang punya kompetensi dalam mengelola tenaga magang ke negara-negara yang sudah maju.

"Utamanya tentu saja ke negara-negara yang sudah maju pertaniannya misalnya Jepang, Taiwan, Australia, Korea dan sebagainya," jelasnya.

Saat ditemui usai penandatangan MoU, Kepala BBPP Batangkaluku, Sabir, mengatakan dengan adanya Perjanjian Kerja Sama ini bertujuan agar percepatan pelaksanaan peningkatan kapasitas sumber daya manusia petani muda calon peserta magang Jepang dan SSW (Specified Skilled Worker) agar lebih berdaya guna dan berhasil guna, serta membantu meningkatkan jumlah angkatan kerja dan devisa negara sesuai kapasitas yang dimiliki.

Beliau juga berharap dengan kerjasama ini para peserta nanti nya selain dibekali dengan berbagai macam pelatihan sebelumnya juga nantinya diberikan bimbingan dan pengasuhan dalam rangka untuk menyiapkan mental mereka, supaya nantinya setelah di Jepang bisa menerapkan karakter perilaku bijaksana.

Selain itu Marwah Rasyid, Ketua DPW KAPTEN Sulsel, mengatakan bahwa mewakili pengurus Kapten Sulsel akan menjalankan tugas dan tanggung jawab semaksimal mungkin untuk membantu dalam hal merekrut, monitoring sampai pemberangkatan dan evaluasi nantinya.

“Kami dari KAPTEN Sul-Sel siap bekerja sama dalam bentuk apapun untuk kemandirian peserta  yang akan berangkat di program magang ke Jepang karena tujuan kami agar bagaimana mengirim tenaga tenaga kerja baik itu magang ataupun SSW (Specified Skilled Worker) ini handal dan betul-betul potensi serta berkualitas dalam hal pertanian itu sendiri”,pungkasnya.

Hal ini senada yang selalu ditegaskan oleh Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo bahwa, penyiapan tenaga kerja harus dilakukan. "Kita membutuhkan petani milenial yang siap bersaing secara global. Untuk itu, kemampuan tenaga tani harus disiapkan, salah satunya melalui program magang," katanya. (Al AzIz /Yuli N)

Rabu, 09 Oktober 2019

Pemerintah Sulsel Akan Jalin Kerjasama dalam Bidang Riset dan Kajian Sumber Daya Kelautan Perikanan di Tasmania, Ini Tujuannya

Teropongsulawesi.com, Tasmania - Pemerintah Sulsel akan menjalin kerjasama dengan University of Tasmania melalui The Institute for Marine and Antarctic Studies (IMAS). Kerjasama ini dalam bentuk riset dan kajian untuk memaksimalkan pengelolaan sumber daya kelautan dan perikanan Sulsel.

IMAS dikenal sebagai institut yang sukses melakukan penelitian dan pengembangan sumber daya maritim di Australia.

Dalam pertemuan dengan Gubernur Sulsel Prof. HM Nurdin Abdullah dan rombongan di kampus IMAS, Rabu 9 Oktober 2019, Excecutive Director IMAS Mr. Terry Bailey, menjelaskan, kampus mereka masuk ranking keempat di dunia dan tingkat pertama di Australia dalam bidang perikanan, budidaya ikan, dan kelautan.

"Hasil penelitian diserahkan ke pemerintah dan pemerintah membuat kebijakan berdasarkan hasil riset," jelas Bailey.

Berdasarkan hasil riset IMAS, kini pihak swasta di Tasmania telah sukses mengembangkan budidaya ikan salmon di air tawar.

Pada kesempatan itu, Nurdin Abdullah mengatakan, Sulsel memiliki potensi perikanan dan kelautan yang bisa dikerjasamakan.

"Saya minta IMAS menjalin kolaborasi dengan pemerintah Sulsel dan Unhas dalam bidang penelitian dan budidaya ikan," jelas Nurdin Abdullah.

Pada kunjungan ini, rombongan dipimpin oleh Nurdin Abdullah didampingi Konsulat Australia di Makassar, Aron Corbett.

Selain jalin kerjasama dalam bidang perikanan, Gubernur juga meminta IMAS melakukan riset dan untuk pengembangan dua sektor lain yang potensial di Sulsel.

"Saya minta IMAS melakukan riset untuk pengembangan sektor pertanian dan peternakan," jelasnya.

Menurut Nurdin, harus ada langkah yang terukur untuk menjadikan Sulsel sebagai lumbung pangan untuk menutupi kebutuhan nasional dan bahkan kebutuhan dunia.

Untuk merealisasikan rencana tersebut, Nurdin Abdullah akan mengirim beberapa staf dari Pemprov Sulsel yang memiliki disiplin ilmu dan kemampuan memadai dalam penelitian untuk belajar di IMAS.

"Harus dari staf Pemprov supaya program ini jalan," jelas Nurdin Abdullah usai pertemuan dengan Terry dan timnya.

Menanggapi pernyataan Nurdin Abdullah, Terry Bailey, mengaku siap bekerjasama dengan Pemerintah Sulsel dalam penelitian dan kajian untuk pengembangan sumber daya yang tersedia di Sulsel.

Terry Bailey didampingi Mr Peter Craven, Chairmen Tasmanian Chairman Australia Indonesia Business Counsil; Mr Cameron Parsons, Acting Director Global Engagement; Prof Ted Lefroy, Acting Directur Tasmanian Instutute of Agriculture, Dr Quinn Fitzgibbon, Senior Research Fellow IMAS.

Dinyatakan juga, bahwa Terry dan timnya siap ke Makassar dalam waktu dekat untuk merealisasikan program yang ditawarkan Gubernur Sulsel.(*)

Selasa, 08 Oktober 2019

NA Sebut di Tasmania, Kebijakan Pemerintah Untuk Pengembangan Sektor Ekonomi Selalu Didasarkan Pada Hasil Riset

Teropongsulawesi.com, Tasmania - Pemerintah Negara Bagian Tasmania, Australia menyiapkan lahan 54 hektare sebagai tempat untuk implementasi hasil penelitian para dosen University of Tasmania.

Lahan sebanyak itu dimiliki bersama pemerintah dan kampus dengan komposisi saham masing-masing 50 persen. Di lahan ini kebanyakan ditanam pakan ternak untuk mendukung sektor utama penghasilan negara bagian di Kepulauan Tasmania itu, peternakan.

Pemerintah dan masyarakat Negara Bagian Tasmania mengembangkan peternakan sapi dan domba. Di daerah ini terdapat industri susu segar dan keju dengan bahan baku susu sapi. Di pinggir jalan yang dilalui, kita hanya lihat hamparan rumput yang di tengah-tengahnya ada pengembalaan sapi atau domba.

Dosen peneliti University of Tasmania yang juga penanggungjawan Tasmanian Institute of Agriculture (TIA), Doug Clark, menjelaskan semua hasil penelitian tentang pertanian dari para dosen di Universitu of Tasmania diimplementasi pada lahan 54 hektare itu.

"Sebelum dilepas ke masyarakat umum hasil penelitian dan temuan para dosen diujicoba di kahan ini," jelasnya kepada Gubernur Sulsel Prof HM Nurdin Abdullah yang melakukan kunjungan kerja ke Tasmania.

Kunjungan kerja Gubernur Sulsel ke Australia dan Tasmania atas undangan Pemerintah Australia melalui Konjen di Makassar. Konsul Australia di Makassar Aron Corbett terus mendampingi rombongan Nurdin Abdullah dalam kunjungan kerja ini.

Menurut Clark, para dosen di University of Tasmania terus melakukan inovasi untuk mendukung program pemerintah dan para petani. "Kalau masyarakat dan pengusaha ada punya bibit, kami ujicoba di lahan ini dengan tujuan menghasilkan bibit-bibit yang unggul," sebutnya.

Hamparan lahan 54 hektare itu  dikembangkan aneka macam rumput, untuk pakan sapi dan domba. Laboratorium pertanian ini hanya menggunakan empat orang tenaga kerja.

Semuanya dilakukan dengan mekanisasi. Penyiraman dilakukan dengan pompanisasi air yang tersedia pada dam penampungan yang ada di tengah-tengah perkebunan.

Gubernur Sulsel Nurdin Abdullah mengatakan, Pemerintah Tasmania dan University of Tasmanian telah melakukan sinergitas untuk pengembangan ekonomi masyarakat.

"Inilah yang selalu saya jelaskan tripelhelix. Kolaborasi antara pemerintah, perguruan tinggi dan pengusaha," katanya.

Di Tasmania, jelas Nurdin Abdullah, kebijakan pemerintah untuk pengembangan sektor ekonomi selalu didasarkan pada hasil riset.

"Ini yang kita lakukan di Bantaeng dulu. Dapurnya pemerintah ada di perguruan tinggi," tegasnya.

Di Tasmania pemerintah mengembangkan peternakan karena potensinya mendukung. "Potensi kita di Sulsel sektor pertanian dan perikanan. Kita akan ajak kampus untuk melakukan konsentrasi penelitian sektor pertanian dan perikanan ini," jelas Nurdin Abdullah.(*). 

Teropongsulawesi.com, Melbourne - Gubernur Sulsel Prof HM Nurdin Abdullah (NA) mendapat undangan dari Pemerintah Australia melalui Konjen di Makassar. Kunjungan ke Melbourne, Australia yang dimulai Minggu 6 Oktober 2019 itu untuk mempelajari manajemen air dalam rangka pengembangan modernisasi pertanian di Sulsel.

Rombongan yang dipimpin Nurdin didampingi Consul Australia di Makassar Aron Cirbett, di hari kedua, Senin 7 Oktober 2019, meninjau perusahaan yang memproduksi pipa, selang, dan komponen pengairan yang mendukung sistem mekanisasi pertanian, Netafim.

Di perusahaan Netafim inilah awal dari mekanisasi pertanian dengan sistem menagemen air yang sangat teratur dan terukur di Australia.

Netafim memproduksi pipa dan komponen pipanisasi pertanian yang lengkap untuk berkembangnya sistem pertanian modern di Australia.

Air dilelola dan diukur dengan sistem digitalisasi. Selang produksi Netafim sudah dilengkapi dengan lubang air dengan ukuran besaran lubang yang sama pada jarak tertentu, tiap 50 centimeter.

Pipa ditanam pada kedalaman tertentu pada jarak satu meter tiap bedengan. Air yang dipasok melalui pipa ini diatur pada waktu-waktu tertentu dan dapat dikontrol mengunakan aplikasi di handphone. Air dipompa dari kolam sekitar 20 meter x 5 meter dengan kedalaman satu meter.

Kolam penampungan ini mampu mengairi lahan 40 hektare. “Sumber air dipasok dari bendungan. Kami punya empat bendungan,” jelas John Poggioli, Area Sales Manager Netafim.

Program perpipaan produksi Netafim menggunakan GPS, sehingga dapat diketahui dengan segera jika ada kebocoran, dan tingkat kelembaban yang berdasarkan kebutuhan tanaman.

Manager Director Netafim, Levy Schneider, menjelaskan, sistem managemen air ini telah mereka kembangkan di India dan Afrika Selatan, yang terkenal krisis air.

Pemerintah India, jelasnya, membuat program peningkatan kesejahteraan petani memanfaatkan sistem pengairan tetes dengan anggaran 100 juta dolar Amerika.

Pada tahun pertama program ini berhasil meningkatkan produksi pertanian dengan nilai setara 100 juta dolar AS dan meningkatkan kesejahteraan 27.000 petani setempat.

Di Austalia juga, katanya, minim sumber daya air sehingga harus dimenej dengan baik, melalui program penghematan air.

Di Australia menurut Levy, petani membayar air untuk pengairan 800 dolar Australia atau 7,6 juta rupiah dengan kurs 9.536 per dolar Asutralia) per 1.000 kubik. “Petani membayar karena hasil pertanian mereka menguntungkan. Tiap hektare lahan memproduksi 19 ton jagung dengan tingkat basah 20 persen,” katanya.

Dijelaskan baru 13 persen dari total lahan pertanian di dunia yang menggunakan sistem manajemen irigasi tetes. Di dalam sistem ini menyupelai kebutuhan tanaman seperti air, pupuk cair, dan nutrisi.

Gubernur Sulsel Prof HM Nurdin Abdullah mengatakan, di Sulsel dan Indonesia pada umumnya kelebihan sumber daya air tetapi tidak dimanej dengan baik.

Nurdin Abdullah akan menerapkan sistem manajemen pengelolaan air dengan sistem pipanisasi ini dalam program pengembangan jagung pada lahan 200 hektare di Takalar.

Bupati Bantaeng piriode 2008 – 2018, ini mengatakan, sistem manajemen air dalam program pengembangan jagung di Takalar yang di mulai tahun 2019 ini, menjadi tonggak peradaban pertanian modern di Sulsel.

© Copyright 2019 TEROPONG SULAWESI | All Right Reserved